Hari itu, dia datang mencariku. Pada waktu itu, udara begitu lembab akibat hujan yang berderai, dan aku sedang memainkan pipa di dalam rumah bambu. Melodinya begitu sedih dan tragis, mengejutkan semut-semut di sekitar hingga berhamburan. Tanpa memedulikan nada-nada mengerikan yang tengah kugubah, wajah lelaki itu merupakan gambaran akan ketenangan saat dia melangkah mendekatiku. Tanpa memedulikan nada-nada mengerikan yang tengah kugubah, wajah lelaki itu merupakan gambaran akan ketenangan saat dia melangkah mendekatiku Gambar pipa Rambutnya sehitam arang, jubahnya seputih salju. Sosok seekor ular semerah darah tergambar di tengah dahinya. Dia menatapku, sorot matanya sejernih air di kolam yang tenang, tanpa adanya sedikitpun emosi. Mengikuti di belakangnya adalah seorang wanita muda, wajahnya tersembunyi di balik topi lebar yang dikenakannya. Selembar kain linen putih yang menjuntai hingga ke lutut tergantung di sekeliling topi tersebut, menyembunyikan keseluruhan sosoknya dari pandangan…